Untuk sebagian orang, mengetahui apa yang orang lain pikirkan mungkin menjadi hal yang menyenangkan. Namun percayalah, tidak selamanya begitu.
Sebenarnya aku bukan sesosok perempuan yang pandai membaca pikirkan orang lain. Aku hanya menganalisis ekspresi dan membandingkan dengan keadaan lingkungan sehingga aku dapat memprediksi tentang apa yang ada di dalam pikiran orang tersebut. Hal ini sudah sering kucoba semenjak aku masih kecil. Dan, memang cukup menyenangkan. Hingga hari seperti itu datang...
Saat itu ada kuis suatu pelajaran yang memang membutuhkan energi lebih untuk memahami pelajaran tersebut. Jujur saja, aku lebih suka memahami materi dari pada menghafalkan soal tahun lalu. Sehingga aku memilih untuk mengerjakan soal setelah aku belajar materi pelajaran tersebut. Temanku mengatakan bahwa sebaiknya aku menghafalkan setiap jawaban penyelesaian soal tahun lalu, namun sayangnya aku menolak.
Hingga akhirnya aku terkejut ketika mendapat soal kuis yang sama persis dengan soal tahun lalu. Entah kenapa, aku tidak beruntung saat itu. Ketika nilai hasil kuis dibagikan, ada sesosok anak yang mendapatkan hasil kuis dengan bangga dan membandingkan lembar jawabannya dengan jawaban teman lain yang nilainya tidak jauh dengannya. Apalah dayaku yang berakhir dengan nilai pas-pasan ini. Memang bukan nilai yang buruk, namun juga bukan nilai yang bagus. Tapi permasalahannya, moodku hancur pada saat itu bukan karena hasil yang kudapatkan, namun karena tatapan merendahkan dari dia. Akupun berjanji akan menaklukkan pelajaran tersebut.
Haripun berlalu, ujianpun tiba. Untuk mata pelajaran itu, aku belajar tanpa memikirkan jam tidur. Aku berjuang mati-matian. Mungkin aku hanya beristirahat sekitar 1 jam untuk menyiapkan tenaga dan merefresh pikiran. Akupun melangkah menuju ruang kelas dengan tatapan datar. Entah karena lelah, atau karea gugup. Untunglah, soal kali ini tidak terlalu susah. Namun tetap saja aku merasa gregetan ketika mendapat soal dengan jawaban yang meragukan. Aku coba segala cara dengan mengotak atik angka pada kalkulatorku. Akupun berkeringat di dalam ruangan berAC tersebut. "Ayo, Vi! Coba perhitungan yang lain!", bisikku dalam hati.
Tak terasa liburpun tiba. Aku menikmati liburku dengan menonton acara televisi yang menurutku tidak terlalu menarik. Entah kenapa, pikiranku melayang tanpa tujuan. Tiba-tiba handphoneku berdering. Ada chat masuk dengan berisikan pengumuman hasil ujian kemarin. Dan hasilnya, aku mendapatkan nilai tertinggi dikelas. Ya, tertinggi, di kelas. Memang nilai ku itu belum mencapai target yang kupasang untuk diriku sendiri. Namun setidaknya, seluruh anggota kelas mulai memperhatikan namaku.
Akupun terdiam sejenak dan mulai bertanya pada diriku sendiri. Apakah aku bangga dengan hal ini? Apa aku sudah merasa hebat telah berada pada posisi di atas dia? Apakah aku melakukan hal ini karena pembalasan dendam atas tatapannya?
Dan semuapun terjawab. Bukan. Aku melakukan perjuangan itu bukan karena mereka. Namun karena aku ingin menguji diriku sendiri, sejauh apa aku bisa melompat ketika aku benar-benar berusaha. Ya! Hasil tidak akan menghianati usaha. :)
No comments:
Post a Comment