Tuesday, January 29, 2013

Tes lari ! Gila ! Tapi ini tentang pejuangan :D


Hari ini gue ada pelajaran olahraga. Seperti biasa sepulang sekolah gue ngumpul di lapangan sekolah bareng temen-temen sekelas gue XII IPA 4 dan anak kelas XII IPA 2. Beritanya sih ada tes lari. Anak-anak nampakin wajah semangat. Eh ternyata saat di lapangan guru olahraga gue ngumumin kalau tes lari hari ini cuma diikuti oleh satu kelas aja. Kontroversipun membumbui suasana karena sebelumnya kami mengira kalau tes diikuti oleh dua kelas sekaligus. Untuk mempersingkat waktu kamipun mau menurut aturan yang sudah dibuat guru gue. Anak-anak mulai berdoa macem-macem. Ada yang pingin kelasnya ikut tes lari duluan dengan alasan “ndang mari ndang wes” . Ada juga yang pingin tes larinya di undur biar mereka punya waktu lebih untuk persiapan tes biar hasilnya lebih maksimal. Loe berharap apa, Vi? Entahlah. Gue bingung. Gue diem aja. Mengikuti alur nasib yang akan datang ke gue. Hehehe.

Biar adil dipilihlah perwakilan dari masing-masing kelas untuk memilih salah satu bagian dari kertas. Kelas gue dapet sisi kosong (tanpa tulisan). Sambil ngejelasin sesuatu yang entah apa itu (karena seluruh mata terfokus pada kertas tentang keputusan hidup dan mati yang di pegang guru gue), sesuatu hal terjadi. Kertas yang dipegang guru gue tiba-tiba jatuh. Perlahan. Mengikuti gaya gravitasi. Berputar tanpa ritme yang jelas. Semua mata melotot menatap kertas yang dengan slow motion jatuh. Hingga akhirnya sampai di atas rumput-rumput lapangan dengan sisi KOSONG di bagian atas. Gue ulang sekali lagi. Dengan sisi KOSONG di bagian atas ! Itu artinya kelas gue dapet giliran buat tes hari ini! Anak kelas gue langsung bersorak “Yeeee!!” sambil memuja Oma Uchun ; perwakilan dari kelas gue yang dianggap telah membawa keberuntungan besar. Di dalam kegembiraan itu gue agak bingung dikit. Sebenarnya kertas itu memang sudah waktunya di jatuhkan, atau tanpa sengaja jatuh? Cuek aja deh. Lagipula semua kan sudah ada yang ngatur. Jadi ini mungkin emang nasib. Hehehe.

Next, dengan penuh bangga dan bersemangat kami jalan menuju portal asrama. Di sana tempat startnya. Dan di sana pula gue diem kaku gara-gara denger berita kalau ternyata panjang lintasannya DUA kali lintasan pada percobaan tes lari beberapa waktu yang lalu. Shock. Bingung. Waktu percobaan lari aja rasanya udah kayak jantungan gak karuan, gimana sekarang? Tapi yaudahlah. Mau gimana lagi? Jalani saja.

Peluitpun di bunyikan. Gue mulai lari. Beberapa meter kemudian gue mulai lelah. Tapi gue gak boleh berhenti karena kalau gue berhenti perut gue bakalan sakit. Dan itu gak enak. Capek banget. Sumpah. Tapi harus lari. Harus. Beberapa meter kemudian. Semakin lelah. Tapi gak boleh berthenti. Lari. Lari,Vi. Lari. Beberapa meter kemudian, tanjakan. Sumpah rasanya kayak nafas tinggal separuh. Tapi gue berjuang. Harus berjuang. Lari. Lari. Lari. Namun beberapa meter kemudian yang kesekian kalinya gue berhenti. Hahaha. Tetot. Ambil nafas dulu. Gak peduli apa yang mau terjadi, gue CAPEK. Jalan dikit. Istirahat. Enak. Hehehe. Terus lari lagi. Ternyata bener. Perut gue sakit. Kapok. Tapi gue harus berjuang tetap lari walaupun sesekali berhenti buat ngambil nafas. Hehehe.

Hingga akhirnya puncak kelelahan pun datang. Walaupun saat itu jalan mulai menurun tapi rasanya organ tubuh gue minggat ke kaki semua. Sumpah gak karuan. Nafas gue gak karuan juga. Rasanya udah kayak mau pingsan. Pusing. Mata berkabut. Kayak gak bisa ngerasain kaki gue lagi. Hidung kembang kempis untuk memperbanyak oksigen yang masuk. Mulut guepun juga bantuin. Mulit gue mangap mingkem gak jelas. Jujur, capek BANGET (Be-A-eN-Ge-E-Te). Tapi gue harus bertahan. Masa mau pingsan di jalan? Siapa yang ngangkut coba? Lari aja Vi. Lari terus. Walau rasanya udah kayak mau mati. Sempet di tawari buat naik ojek sih. Sebenernya mau. Tapi ini tes lari. Jadi gue harus tetep lari. Semangat Vi.

Hingga akhirnya di menit ke 19 gue nyampek finish. Badan langsung jatuh. Tapi bukan pingsan. Gue atur nafas. Tapi tetep aja rasanya pingin nangis. Tapi ini tangis haru. Gak nyangka gue masih hidup! Hahaha. Gak nyangka juga ternyata gue udah nyampek finish tanpa pingsan di jalan. Gak nyangka gue udah ngelewati jalan curam penuh tanjakan, turunan, bebatuan, dan apalah namanya (alay). Dan juga gue gak nyangka gue dapet nilai yang memuaskan.

Thursday, January 17, 2013

Tutorial adobe photoshop : Membuat efek blur atau membuat foto tampak lebih fokus

Untuk memfokuskan suatu benda, kita bisa menggunakan cara dengan memblur bagian sekitar benda yang ingin kita fokuskan. Cara mudahnya saya menggunakan adobe photoshop. Dan inilah penampakan hasilnya.


 After                                                                                                  Before



















Caranya cukup mudah !
1. Buka adobe photoshop CS3.

2. Dari windows explorer, drag gambar yang ingin kita edit pada halaman kerja adobe photoshop.

3. Selanjutnya gunakan Quick selection tool untuk menyeleksi bagian bunga sepatu.

4. Kemudian klik kanan dan pilih Select inverse.

5. Jika ingin membuat garisnya rata, gunakana Ctrl + Atl + D dan tentukan berapa radius yang dibutuhkan. Disini saya menggunakan 7 piksel.

6. Gunakan Filter-Blur-Radial blur.


7. Disini saya menggunakan blur Method: Zoom – Quality: Best – Amount: 50

8. Tekan OK, lalu simpan. Kini kembang sepatu nampak fokus.

Mudah kan? Selamat mencoba !

Thursday, January 10, 2013

Cara Bego ke Luar Negeri


Waktu itu gue masih TK dan pastinya wajah gue masih imut-imutnya. Habis makan siang, gue bingung. Boring. Jadinya gue main ke rumah temen gue. Nama panggilan maennya itu Attem dan Lhettok. Di sana kami biasa nyiptain cerita-cerita aneh bin gak jelas hasil imajinasi anak-anak yang ajaib. Kayak ngebayangin cewek ternyebbelin di sekolah gak punya kuping gara-gara di gerogoti cacing, tetangga di tilang polisi karena lupa pake celana ataupun ibu jualan donat yang ternyata menyamar (sebenarnya dia bidadari yang sepatunya di curi tukang becak sebelah rumahnya).  Meskipun ceritanya super aneh, yang penting kami ketawa puas; lepas.

Waktupun berjalan, sorepun tiba. Kami menuju basecamp tercinta. Ya! Gang sempit sebelah rumah temen gue. Awalnya kami cuma gambar orang dengan wajah ancur di tanah pake sebatang lidi. Lama-lama kami membuat kue tanah liat yang di kasih hiasan bunga special buat segerombol semut merah dekat batang kayu yang mulai rapuh. Tapi semua itu berakhir karena gue baru aja kepikiran tentang ide SUPER LUAR BIASA yang mungkin bisa merubah dunia!! Keluar negeri dengan MUDAH ! Caranya?

Dengan perlahan tapi meyakinkan gue bilang ke si Attem dan si Lhettok. Kalau kita mau keluar negeri kita cuma perlu menggali tanah. Terus menembus bebatuan, menembus plastik sampah yang lama terpendam, menembus bangkai-bangkai peninggalan zaman purba, melewati kerak bumi, mantel bumi, inti bumi, teruuusss sampai kita menembus ke bagian bumi berikutnya. Tapi gue juga ngingetin mereka kalau di dalam bumi nanti suhunya bakal panas. Jadi kami harus siap-siap bawa es batu bias nanti suhu dalam buminya bisa menurun. Untungnya mereka setuju-setuju aja. Dengan bermodal batu pipih kamipun menggali. Menggali. Terus menggali. Masih menggali. Menggali. Menggali lagi. Menggali. Tanpa henti. Hingga kami lelah. Namun kami tetap menggali.

Cahaya jingga keemasan mulai tampak. Maghrib sudah sebentar lagi. Kamipun memutuskan untuk melanjutkan misi ini besok. Kami sudah terlalu lelah dan butuh makan maupun istirahat. Kami meninggalkan lubang sedalam 30 cm hasil jerih payah itu perlahan dengan rasa sedikit puas; bahwa sebentar lagi kami akan menyelesaikan lubang itu dan pergi keluar negeri. Tunggu kami besok, lubang.

Keesokan harinya dengan penuh semangat gue jemput si Attem dan Lhettok. Dengan optimis tinggi kami menuju ke tempat si lubang. Setiba di sana hal buruk terjadi! Di luar perkiraan! Lubang yang kami buat dengan susah payah kini menghilang! Pasti ada orang yang mencuri ide kami dan memindahkan si lubang entah kemana untuk mereka gunakan sendiri. Tapi siapa? Belum lama berfikir, si embok lewat di belakang kami sambil berkata “ Nduk kalau main jangan lupa tanahnya di ratakan lagi. Tadi Alex ( ayam mbok yang masih balita- bayi ayam lima butlan :D ) jatuh masuk ke dalam lubang. Untungnya dia gak kenapa-kenapa. Tuh lubangnya sudah embok tutup. Sekarang semuanya aman”. Embok senyum, terus pergi. Kami diem. Nunduk. Sedih. Mimpi besar kami telah tertutup oleh sapu embok gara-gara si Alex yang nyemplung ke lubang kami tercinta. Kami tetep diem. Masih diem. Sedih. Hingga akhirnya gue bilang, “ Siapa yang mau ikut gue beli jus apukat?”. Dan mereka bilang “Gue!!!” dengan wajah nafsu banget habis denger kata apukat. Akhirnya kami minum jus apukat bareng dan ngarang cerita geje lagi. Yang penting happy, bisa ketawa puas, lepas. Masalah mimpi besar lubang menembus bumi? Entahlah. Kami sudah lupa. :D