Friday, August 31, 2012

Tak ada pantai. padangpun jadi :D


Waktu itu kebetulan libur puasa, jadi gue iseng main ke rumah kakek. Di sana ketemu deh gue sama temen lama yang namanya Lisa, yang panggilan sayangnya itu “attem”. Jiakakakak, nama yang agak aneh bin unyu itu khusus dibuat dengan jerih payah, penuh keringat di bawah terik matahari dan hujan badai lho (alay). :D Terus kami geje-gejean gitu, ketawa nguakak  bareng sampai kejar-kejaran and guling-gulingan nggak jelas. Sampe-sampe ada yang nanyain, “Kalian nggak papa kan?”. Gue cuma nyengir.

Sorenya kami jalan-jalan ke suatu tempat bagus buat foto-fotoan. Yap! Pantai. Kebetulan kakaknya Attem lagi ada di sekitar pantai. Mampir bentar buat acara geje-gejean bareng (lagi) sambil jalan menuju tuh pantai. Sialnya spot yang bagus lagi rame. Untunganya si Letthok (nama sayang kakaknya attem) tau tempat yang lumayan bagus. Namanya tuh padang rumput “Indah Mempesona” (kayak nama rumah makan aja).

Buat nyampek sana nggak segampang kalian kira. Kami harus melewati jalan terjal berbatu, tanjakan, turunan, dan harus mengalahkan monster besar penjaga gerbang tuh tempat. Emang sih tuh monster sempet bikin nyali kami nyiut, tapi kami pun menyiapkan sejuta siasat untuk mengalahkan tuh monster yang menakutkan. (Baca: kambing). Akhirnya kami memilih satu siasat yang kami kira tuh siasat paling 100% ampuh dah. Satu kata, KABURR !

Tuh monster sempet ngeliatin gue, tapi gue cuek aja dan tetep lari.  Akhirnya nyampek deh. Di sana kami sempet foto-foto, gini nih hasilnya :

Ini gue nyabutin rumput. hahaha.                                                                       Yang ini gue sama si Lhettok
Ini gue sama si Attem lagi narsis

Puisi : Pahlawanku

Dengan segala kebulatan hati
Tanpa di perintah
Tanpa pamrih
Kau korbankan jiwa raga
Untuk mengusir penjajah
Yang ingin merampas negri ini
Dari pangkuan ibu pertiwi

Kini buah dari segala pengorbananmu

Kami bebas membangun negri ini
Demi kejayaan
Generasi yang akan datang

Trimakasih pahlawanku
Atas segala pengorbananmu
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa
Memberi balasan Sorga
Di alam sana

Oleh : Violentaria Gita Salina

Thursday, August 30, 2012

Puisi : Makna Terdalam Seorang Sahabat



“Sahabat”
Sebuah kata sederhana
Tapi harta yang takkan terlupa

 “Sahabat”
Sebuah kata yang lama tercipta
Tapi memiliki makna yang tiada tara

“Sahabat”
Sebuah kata hampa
Namun penuh dengan cerita

Tapi apa daya
Beribu bualan tentang sahabat
Tetap tak dapat mengembalikan kau
Mengembalikan kau kepadaku

Kini kau menghilang tak tentu arah

Ku hanya terdiam sendiri
Bernaung pada sebatang pohon jati
di puncak bukit ini
saat gerimis mencium bumi pertiwi

hanya bisa mengenang kisah kita
kisah yang sangat pahit untuk diingat
namun terlalu manis tuk dilupakan

bintang-bintang malam tetap bertaburan
memolekkan cahaya seperti biasa
namun ku tak lagi enggan menatap mereka
karena ku mulai tahu dan mengerti
hanya mereka yang mengisi kesendirian ini
semenjak kau pergi
semenjak kau tak disini

semilir angin kesunyian
merangkai sebuah lantunan nada indah
di atas kesaksian pucatnya sang rembulan
di atas ranting-ranting yang tak dapat bertahan

dan ku bisikkan senandung itu
hingga menarilah setetes air dari mataku
ku sisipkan doa agar kau kembali
tuk mengisi ruang hampa dalam hatiku

kunyanyikan kidung mendayu itu
air mata semakin deras mengalir di pipiku
ku masih barharap kau kan kembali
tuk mengisi kekosongan dalam mimpiku

putus sudah harapan yang telah ku rangkai
ku tak sanggup tuk hidup dalam gelumit guratan-guratan takdir
yang menghapus pertemuan
tuk menemui gerbang perpisahan
369 hari ku menanti dirimu
matahari berganti rembulan
mega cahaya berganti selaksa kegelapan

Ku tetap menanti dirimu tuk kembali disisiku

Tuhan..
Tolong beri aku kesempatan
Tuk bisa memutar waktu
Agar aku bisa bertemu dengan dirinya
Merangkai kisah-kisah kecil yang sangat berarti
Mengukir kenangan-kenangan indah penuh tawa
Mengalunkan senyuman manis penuh canda

Tuhan..
Kini ku benar-benar merindukannya
Rindu akan paras penuh senyum
Rindu akan hangat pelukannya
Rindu akan kata-kata manis dari bibirnya


Namun…

Jika memang benar ini takdirku
Jika memang benar ini jalan hidupku
Tuk harus berpisah dengan dirinya
Akan aku terima
                     
Ijinkan aku tuk panjatkan doa padaMu Tuhan
Semoga kisah kenangan kami
Takkan pernah sirna
Tapi kan terukir indah
Dalam rangkaian rasi bintang-bintang di angkasa

Ku mohon Tuhan,
Semoa semilir angin kan tetap bernyanyi
Mengalunkan nada-nada indah
Yang terangkai menjadi senandung persahabatan
Yang membangkitkan senyuman dan keceriaan
Dan melupakan segala kekesalan

‘’Sahabat”
Sebuah kata sederhana
Namun kenangan hidup yang takkan pernah sirna

“sahabat”
Sebuah kata tanpa harapan
Namun pengrajut mimpi dalam kegelapan

“sahabat”
Sebuah kata tanpa cahaya
Namun lentera penerang yang kekal abadi

(Karya : Violentaria Gita Salina) 

Puisi : Pisau

Kala hujan gerimis
Kutangisi hati yang sadis
Mengoyak-ngoyak jantung ini
Hingga darah mulai habis

Pisau . . .
Di ujung matamu menetes darah merah
Membanjiri selaksa kerinduan
Yang dulu tertanam
Kini semua habis terbakar

Pisau . . .  
Gemuruh amarah berkobar
Matamu bagai saga
Memolekkan keangkuhanmu
Meluluh lantakkan kelembutan
Menghapus kenangan indah yang sudah terajut
Hingga nyawa terbang melayang
Membumbung tinggi ke atas sana
Dan tak pernah kembali lagi

Bumi menangis bersimbah darah
Bulan pucat pasi
Angin mendesah resah
Semua diam membisu
Sepi tanpa suara
Hanya suara rintihan tangis
Linangan air mata
Sebagai buah pahit
Dari tangan yang penuh dosa

(Karya : Violentaria Gita Salina)