Oleh : Violentaria Gita Salina
Kibaran itu
kini mulai layu
Anginpun
mengalir sambil terus mendesah malu
Inikah baktimu pada orang terdahulu?
Tuan bilang,
yang dulu pasti sedang pilu
Melihat anak
cucu tumbuh tak menentu
Belum
korupsi, belum masalah harga diri
Belum kejahatan
usia dini, belum masalah uang lagi
Tuan bilang,
anak cucu cuma sekedar ahli mimpi
Tuan bilang,
anak cucu cuma sampah tanpa arti
Lalu, apa tetap mau seperti ini?
Anginpun
mengalir sambil terus mendesah malu
Seiring hati
berbisik dengan bibir yang pecah kaku
“Wahai tuan,
kami disini tidak diam
Hanya saja
ada saja yang membungkam”
Kami juga
bersatu dan berintegrasi
Berfikir
sana-sini untuk mencari solusi
Tapi mengapa
selalu ada yang menghakimi?
Ide belum
jalan sudah dihina setengah mati
Katanya evaluasi,
tapi penuh kritisasi
Katanya
untuk perbaikan nanti
Tapi menyingkirkan gerombolan kami
Apakah tuan
ingin me’raja’kan diri?
Sudah, kami
bukan generasi mati!
Tunggulan
kami pada “suatu hari nanti”
Meski
navigasi sudah tak lagi murni
Kami tetap menyeret
kaki membangunkan ibu pertiwi
Dan tuan
akan menyesali diri tanpa henti
Terkubur
dalam kepalsuan yang abadi
Nb : mohon mencantumkan
pembuat puisi dan meninggalkan komentar sebelum menggunakan puisi ini :)