Sunday, July 6, 2014

Tugas Esai Bahasa Indonesia

TUGAS BAHASA INDONESIA


PERANCANGAN APLIKASI  KESEHATAN MATA
UNTUK DIAGNOSIS  MIOPIA, HIPERMETROPIA, ASTIGMATISME  DAN COLOR BLIND

 








Oleh:
Violentaria Gita Salina
081311733052



DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014





PERANCANGAN APLIKASI KESEHATAN MATA
UNTUK DIAGNOSIS MIOPI, HIPERMETROPI DAN COLOR BLIND

Mata adalah indria (inderauntuk melihat; indria (inderapenglihat (bahasa.cs.ui.ac.id, 2008). Mata merupakan panca indera manusia yang sangat esensial. Mata bekerja secara otomatis dengan proses yang cepat  untuk merefleksikan serta memberi persepsi visual apa yang ada lingkungan kita dengan menangkap tingkat intensitas cahaya yang kemudian diubah menjadi sinyal listrik dan dikirim ke otak.  Banyak hal secara normal dan wajar dapat dilakukan apabila mata kita dalam kondisi sehat. Karena itu, menjaga kesehatan mata wajib dilakukan agar aktivitas hidup tidak terganggu.
Untuk menunjang kesehatan, banyak orang melakukan berbagai macam pencegahan dengan pola hidup sehat. Namun tak banyak pula yang tetap memegang mindset[1] untuk “menikmati hidup” tanpa memikirkan efek jangka panjang yang akan mereka dapat dari pola hidup yang mereka jalani. Salah satu contohnya, banyak orang lebih nyaman menonton tv ataupun membaca dengan jarak dekat walaupun mereka telah mengetahui dampat negatif aktivitas tersebut terhadap kesehatan mata. Seiring dengan berjalannya waktu, tanpa mereka sadari tingkat kesehatan mata mereka menurun.
Di Indonesia terutama anak-anak remaja yang golongan ekonomi keluarganya menengah keatas mempunyai angka kejadian miopia yang semakin meningkat. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan miopia, salah satu faktor yang berpengaruh dalam perkembangan miopia adalah  nearwork[2]. Adanya kemajuan teknologi dan telekomunikasi, seperti televisi, komputer, video game, dan lain-lain, secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan aktivitas melihat dekat (Dewi dalam Sahat, 2006).
A refractive error is an eyesight problem. Refractive errors are a common reason for reduced level of eyesight (visual acuity) (Kenny, 2013).
Kelainan refraksi merupakan masalah penglihatan. Kelainan refraksi merupakan alasan umum terjadinya penurunan penglihatan (Kenny, 2013). Kelainan refraksi diantaranya yaitu myopia, hipermetropia dan astigmatisme.
Arianti (2013) menyatakan penyakit mata seperti miopia merupakan kelainan refraksi yang insidensinya di beberapa rumah sakit Indonesia berkisar antara 50% sampai 80,3%. Miopia adalah  jenis kelainan mata yang menyebabkan penderitanya tidak dapat melihat benda dari jarak jauh dengan baik. Selain miopia, adapula Hipermetropia (hyperopia) atau ‘Far – sightedness’ adalah suatu kelainan refraksi daripada mata dimana sinar – sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibiaskan dibelakang retina, oleh karena itu bayangan yang dihasilkan kabur (psychologymania.com, 2014).  Serta astigmatisma adalah cacat mata yang disebabkan karena kornea mata tidak berbentuk sferis (irisan bola), melainkan melengkung pada satu bidang dari bidang yang lain (berbentuk silinder) (fourseasonnews.com,2013). Ketiga penyakit tersebut merupakan penyakit mata yang umum dikenal masyarakat Indonesia.
Cara untuk mengetahui adanya penurunan pada kesehatan mata adalah dengan melakukan periksa mata. Namun kebanyakan orang akan memeriksakan matanya hanya apabila terdapat keluhan yang berarti. Padahal apabila kita memeriksakan mata secara teratur, kondisi-kondisi yang dapat berpotensi menjadi penyakit dapat diketahui lebih cepat dan pengobatan dapat dilakukan lebih dini. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin, walaupun tidak mempunyai keluhan pada mata. Berdasarkan smec-grup.com (2014), berikut merupakan anjuran dari American Academy of Ophthalmology mengenai frekuensi pemeriksaan mata :
·         Di bawah 3 tahun        : setiap menemui dokter anak
·         Usia 3 – 19 tahun        : setiap 1 sampai 2 tahun sekali
·         Usia 20 – 29 tahun       : minimal 1 kali selama periode tersebut
·         Usia 30 – 39 tahun      : minimal 2 kali selama periode tersebut
·         Usia 40 – 64 tahun       : setiap 2 sampai 4 tahun sekali
·         Di atas 65 tahun          : setiap 1 sampai 2 tahun sekali
Namun karena alasan sibuk, banyak orang enggan menghabiskan waktu mereka pergi menuju rumah sakit untuk melakukan periksa mata. Selain karena alasan kesibukan, biaya juga sering dijadikan sebagai kendala untuk memeriksakan diri. Pada golongan menengah kebawah, mereka lebih menganggap remeh gejala yang tubuh mereka rasakan hingga akhirnya mereka terkejut ketika penyakit mereka sudah mencapai tahap parah. Padahal biaya pengobatan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan biaya pemeriksaan dokter. Menurut Djack (2011), orang lebih memilih untuk memeriksakan mata mereka di Optik yang belum terjamin kualitas hasil pemeriksaan dibandingkan dengan memeriksakan mata pada dokter spesialis mata karena kendala biaya. Padahal beberapa optic memalsukan data hasil pemeriksaan pasien untuk tujuan komersial, seperti walaupun mata dalam kondisi normal akan dikatakan minus agar kacamata di toko optik tersebut dapat terjual.
Berdasarkan alasan tersebut, penulis memperkenalkan “Perancangan Aplikasi Kesehatan Mata untuk Diagnosis Miopia, Hipermetropia, Astigmatisme dan Color Blind”. Dengan adanya aplikasi ini, diharapkan masyarakat tidak ragu untuk melakukan cek kesehatan mata mereka sehingga angka penderita gangguan pada mata dapat berkurang.
Penulis memilih myopia, hipermetropia dan astigmatisme mengingat tiga kelainan refraksi yang paling sering dijumpai yaitu miopia, hipermetropia, dan astigmatisme (Dewi dalam WHO, 2011). Selain itu penulis juga menambahkan Color Blind atau buta warna karena pendeteksian Color Blind sejak dini akan berpengaruh besar terhadap karir seseorang di masa depan, mengingat Color Blind belum ada obatnya.
Pada tahap perancangan, alat yang dibutuhkan yaitu PC (Personal Computer), data huruf dengan variasi ukuran font yang telah disesuaikan dan garis maupun gambar dengan variasi bentuk dan warna. Kemudian dilakukan tahap kalibrasi, yaitu proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Kalibrasi dimaksudkan sebagai tindakan untuk menyesuaikan intensitas cahaya menggunakan lux meter serta menyesuaikan ukuran objek menggunakan ukuran perbandingan jarak pc terhadap pasien dengan jarak snellen chart[3]  terhadap pasien yang didapat melalui analisis perhitungan. Setelah kedua tahap dilaksanakan dengan baik, maka tahap pengujian dapat dilaksanakan.
Pada halaman awal dari aplikasi ini, pasien akan diminta untuk mengisi data diri mereka, antara lain : nama, tanggal lahir, alamat dan nomor yang dapat dihubungi. Pencatatan data pasien ini bertujuan sebagai rekap data apabila sewaktu-waktu pasien memiliki keperluan tertentu serta digunakan sebagai acuan perkembangan kesehatan mata pasien.
Halaman selanjutnya berisi hal-hal yang harus diperhatikan sebelum uji mata dilakukan, seperti penggunaan tingkat brightness (kecerahan) pada layar, memasukkan ukuran layar PC atau gadget pada kotak yang tersedia pada halaman ini untuk menyesuaikan ukuran font  serta jarak dari layar ke mata yang disarankan. Aturan digunakan agar didapat hasil akhir tes kesehatan mata yang akurat.
Pada halaman ketiga terdapat menu pilihan tes kesehatan mata, yaitu menu Miopia, Hipermetropia, Astigmatisme dan Color Blind. Pada setiap menunya, terdapat pertanyaan berupa pilihan ganda yang hasilnya mengarah pada tingkat kesehatan mata pasien.
Setelah melakukan tes pada halaman ketiga, hasil akhir tes akan muncul di halaman keempat disertai dengan penjelasan singkat tentang penyakit yang diderita dan cara penanganan yang disarankan seperti jenis lensa mata yang dianjurkan, pola hidup yang perlu dijaga, nutrisi makanan yang harus diperhatikan dan sebagainya.
Setelah aplikasi ini mendapat persetujuan dan dapat dijalankan oleh masyarakat dengan baik, diharapkan masyarakat tidak lagi khawatir untuk melakukan tes kesehatan mata. Apabila tes kesehatan mata dijalankan secara berkala, potensi adanya penyakit mata dapat diketahui sejak dini sehingga penanganan dapat segera diberikan. Jadi persentase masyarakat yang menderita penyakit mata akan menurun.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Astigmatisma. (online) (http://www.fourseasonnews.com/2013/02/astigmatisma.html diakses pada 06 Juli 2014 pukul 13.07 WIB)
Anonim. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (online) (http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php? diakses pada 06 Juli 2014 pukul 12.35 WIB)
Anonim. 2014. Kelainan Refraksi. (online) (http://www.psychologymania.com/2012/10/kelainan-refraksi.html diakses pada 06 Juli 2014 pukul 13.09 WIB)
Arianti, Melita Perty. 2013. Hubungan Antara Riwayat Miopia di Keluarga dan Lama Aktivitas Jarak Dekat dengan Miopia. Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura.
Dewi, 2011. Pengetahuan Siswa Berkacamata tentang Kelainan Refraksi. Universitas Sumatera Utara.
Djack, Riawan. 2011. Periksa Mata ke Optik, Lebih Baik Jangan. (online) (http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/06/28/periksa-mata-ke-optik-lebih-baik-jangan-374902.html diakses pada 06 Juli 2014 pukul 12.18 WIB)
Kastam. 2010. Contoh Basic Alat Mata pada Klinik Mata. (online) (http://optikonline.info/2010/07/20/contoh-basic-alat-mata-pada-klinik-mata.html diakses pada 06 Juli 2014 pukul 12.15 WIB)
Kenny, Tim. 2013. Short Sight- Myopia. (online) (http://www.patient.co.uk/health/short-sight-myopia/ diakses pada 06 Juli 2014 pukul 13.00 WIB)

Saw, Seang-Mei. 2002. Near-Work Activity, Night-lights, and Myopia in the Singapore-China Study. Epidemiology and Biostatistic. Jama Ophthamology. Vol 120, No. 5.




[1] Mindset : pola pikir seseorang yang mendasari perilaku atau tindakannya sehari-hari.
[2] Nearwork : aktivitas jarak dekat.
[3] Snellen chart : alat sebagai parameter tentang tajam penglihatan pasien