TUGAS BAHASA
INDONESIA
PERANCANGAN
APLIKASI KESEHATAN MATA
UNTUK
DIAGNOSIS MIOPIA, HIPERMETROPIA, ASTIGMATISME
DAN COLOR
BLIND
Oleh:
Violentaria Gita Salina
081311733052
DEPARTEMEN
FISIKA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
AIRLANGGA
2014
PERANCANGAN
APLIKASI KESEHATAN MATA
UNTUK
DIAGNOSIS MIOPI, HIPERMETROPI DAN COLOR BLIND
Mata
adalah indria (indera) untuk melihat; indria (indera) penglihat
(bahasa.cs.ui.ac.id, 2008). Mata merupakan
panca indera manusia yang sangat esensial. Mata bekerja secara otomatis dengan
proses yang cepat untuk merefleksikan
serta memberi persepsi visual apa yang ada lingkungan kita dengan menangkap
tingkat intensitas cahaya yang kemudian diubah menjadi sinyal listrik dan
dikirim ke otak. Banyak hal secara
normal dan wajar dapat dilakukan apabila mata kita dalam kondisi sehat. Karena
itu, menjaga kesehatan mata wajib dilakukan agar aktivitas hidup tidak
terganggu.
Untuk
menunjang kesehatan, banyak orang melakukan berbagai macam pencegahan dengan pola
hidup sehat. Namun tak banyak pula yang tetap memegang mindset[1]
untuk “menikmati hidup” tanpa memikirkan efek jangka panjang yang akan
mereka dapat dari pola hidup yang mereka jalani. Salah satu contohnya, banyak orang
lebih nyaman menonton tv ataupun membaca dengan jarak dekat walaupun mereka
telah mengetahui dampat negatif aktivitas tersebut terhadap kesehatan mata. Seiring
dengan berjalannya waktu, tanpa mereka sadari tingkat kesehatan mata mereka
menurun.
Di
Indonesia terutama anak-anak remaja yang golongan ekonomi keluarganya menengah
keatas mempunyai angka kejadian miopia yang semakin meningkat. Banyak
faktor-faktor yang menyebabkan miopia, salah satu faktor yang berpengaruh dalam
perkembangan miopia adalah nearwork[2].
Adanya kemajuan teknologi dan telekomunikasi, seperti televisi, komputer, video
game, dan lain-lain, secara langsung maupun tidak langsung akan
meningkatkan aktivitas melihat dekat (Dewi dalam Sahat, 2006).
A refractive error is an eyesight problem. Refractive errors
are a common reason for reduced level of eyesight (visual acuity) (Kenny, 2013).
Kelainan
refraksi merupakan masalah penglihatan. Kelainan refraksi merupakan alasan umum
terjadinya penurunan penglihatan (Kenny, 2013). Kelainan refraksi diantaranya
yaitu myopia, hipermetropia dan astigmatisme.
Arianti
(2013) menyatakan penyakit mata seperti miopia merupakan kelainan refraksi yang
insidensinya di beberapa rumah sakit Indonesia berkisar antara 50% sampai
80,3%. Miopia adalah jenis kelainan mata yang menyebabkan penderitanya
tidak dapat melihat benda dari jarak jauh dengan baik. Selain miopia, adapula Hipermetropia
(hyperopia) atau ‘Far – sightedness’ adalah suatu kelainan refraksi daripada
mata dimana sinar – sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa
akomodasi dibiaskan dibelakang retina, oleh karena itu bayangan yang dihasilkan
kabur (psychologymania.com, 2014). Serta astigmatisma adalah cacat mata yang
disebabkan karena kornea mata tidak berbentuk sferis (irisan bola), melainkan
melengkung pada satu bidang dari bidang yang lain (berbentuk silinder) (fourseasonnews.com,2013). Ketiga
penyakit tersebut merupakan penyakit mata yang umum dikenal masyarakat
Indonesia.
Cara
untuk mengetahui adanya penurunan pada kesehatan mata adalah dengan melakukan
periksa mata. Namun kebanyakan orang akan memeriksakan matanya hanya apabila
terdapat keluhan yang berarti. Padahal apabila kita memeriksakan mata secara
teratur, kondisi-kondisi yang dapat berpotensi menjadi penyakit dapat diketahui
lebih cepat dan pengobatan dapat dilakukan lebih dini. Oleh karena itu sangat
penting untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin, walaupun tidak mempunyai
keluhan pada mata. Berdasarkan smec-grup.com
(2014), berikut merupakan anjuran dari American Academy of Ophthalmology mengenai frekuensi
pemeriksaan mata :
·
Di bawah 3 tahun : setiap menemui dokter anak
·
Usia 3 – 19 tahun : setiap 1 sampai 2 tahun sekali
·
Usia 20 – 29 tahun :
minimal 1 kali selama periode tersebut
·
Usia 30 – 39 tahun : minimal 2 kali selama periode tersebut
·
Usia 40 – 64 tahun : setiap 2 sampai 4 tahun sekali
·
Di atas 65 tahun : setiap 1 sampai 2 tahun sekali
Namun
karena alasan sibuk, banyak orang enggan menghabiskan waktu mereka pergi menuju
rumah sakit untuk melakukan periksa mata. Selain karena alasan kesibukan, biaya
juga sering dijadikan sebagai kendala untuk memeriksakan diri. Pada golongan
menengah kebawah, mereka lebih menganggap remeh gejala yang tubuh mereka
rasakan hingga akhirnya mereka terkejut ketika penyakit mereka sudah mencapai
tahap parah. Padahal biaya pengobatan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
biaya pemeriksaan dokter. Menurut Djack (2011), orang lebih memilih untuk
memeriksakan mata mereka di Optik yang belum terjamin kualitas hasil
pemeriksaan dibandingkan dengan memeriksakan mata pada dokter spesialis mata
karena kendala biaya. Padahal beberapa optic memalsukan data hasil pemeriksaan
pasien untuk tujuan komersial, seperti walaupun mata dalam kondisi normal akan
dikatakan minus agar kacamata di toko optik tersebut dapat terjual.
Berdasarkan
alasan tersebut, penulis memperkenalkan “Perancangan Aplikasi Kesehatan Mata
untuk Diagnosis Miopia, Hipermetropia, Astigmatisme dan Color Blind”. Dengan adanya aplikasi ini, diharapkan masyarakat
tidak ragu untuk melakukan cek kesehatan mata mereka sehingga angka penderita
gangguan pada mata dapat berkurang.
Penulis
memilih myopia, hipermetropia dan astigmatisme mengingat tiga kelainan refraksi
yang paling sering dijumpai yaitu miopia, hipermetropia, dan astigmatisme (Dewi
dalam WHO, 2011). Selain itu penulis juga menambahkan Color Blind atau buta warna karena pendeteksian Color Blind sejak dini akan berpengaruh
besar terhadap karir seseorang di masa depan, mengingat Color Blind belum ada obatnya.
Pada
tahap perancangan, alat yang dibutuhkan yaitu PC (Personal Computer), data huruf dengan variasi ukuran font yang
telah disesuaikan dan garis maupun gambar dengan variasi bentuk dan warna.
Kemudian dilakukan tahap kalibrasi, yaitu proses untuk menyesuaikan keluaran
atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari
standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Kalibrasi dimaksudkan sebagai
tindakan untuk menyesuaikan intensitas cahaya menggunakan lux meter serta
menyesuaikan ukuran objek menggunakan ukuran perbandingan jarak pc terhadap
pasien dengan jarak snellen chart[3]
terhadap pasien yang didapat melalui
analisis perhitungan. Setelah kedua tahap dilaksanakan dengan baik, maka tahap
pengujian dapat dilaksanakan.
Pada
halaman awal dari aplikasi ini, pasien akan diminta untuk mengisi data diri
mereka, antara lain : nama, tanggal lahir, alamat dan nomor yang dapat
dihubungi. Pencatatan data pasien ini bertujuan sebagai rekap data apabila
sewaktu-waktu pasien memiliki keperluan tertentu serta digunakan sebagai acuan
perkembangan kesehatan mata pasien.
Halaman
selanjutnya berisi hal-hal yang harus diperhatikan sebelum uji mata dilakukan,
seperti penggunaan tingkat brightness (kecerahan)
pada layar, memasukkan ukuran layar PC atau gadget pada kotak yang tersedia
pada halaman ini untuk menyesuaikan ukuran font serta jarak dari layar ke mata yang
disarankan. Aturan digunakan agar didapat hasil akhir tes kesehatan mata yang
akurat.
Pada
halaman ketiga terdapat menu pilihan tes kesehatan mata, yaitu menu Miopia,
Hipermetropia, Astigmatisme dan Color
Blind. Pada setiap menunya, terdapat pertanyaan berupa pilihan ganda yang
hasilnya mengarah pada tingkat kesehatan mata pasien.
Setelah
melakukan tes pada halaman ketiga, hasil akhir tes akan muncul di halaman keempat
disertai dengan penjelasan singkat tentang penyakit yang diderita dan cara
penanganan yang disarankan seperti jenis lensa mata yang dianjurkan, pola hidup
yang perlu dijaga, nutrisi makanan yang harus diperhatikan dan sebagainya.
Setelah
aplikasi ini mendapat persetujuan dan dapat dijalankan oleh masyarakat dengan
baik, diharapkan masyarakat tidak lagi khawatir untuk melakukan tes kesehatan
mata. Apabila tes kesehatan mata dijalankan secara berkala, potensi adanya
penyakit mata dapat diketahui sejak dini sehingga penanganan dapat segera
diberikan. Jadi persentase masyarakat yang menderita penyakit mata akan
menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Astigmatisma. (online) (http://www.fourseasonnews.com/2013/02/astigmatisma.html
diakses pada 06 Juli 2014 pukul 13.07 WIB)
Anonim.
2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (online)
(http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?
diakses pada 06 Juli 2014 pukul 12.35 WIB)
Anonim. 2014. Kelainan Refraksi. (online) (http://www.psychologymania.com/2012/10/kelainan-refraksi.html
diakses pada 06 Juli 2014 pukul 13.09 WIB)
Arianti, Melita Perty.
2013. Hubungan Antara Riwayat Miopia di
Keluarga dan Lama Aktivitas Jarak Dekat dengan Miopia. Fakultas Kedokteran.
Universitas Tanjungpura.
Dewi,
2011. Pengetahuan Siswa Berkacamata
tentang Kelainan Refraksi. Universitas Sumatera Utara.
Djack,
Riawan. 2011. Periksa Mata ke Optik,
Lebih Baik Jangan. (online) (http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/06/28/periksa-mata-ke-optik-lebih-baik-jangan-374902.html
diakses pada 06 Juli 2014 pukul 12.18 WIB)
Kastam.
2010. Contoh Basic Alat Mata pada Klinik
Mata. (online) (http://optikonline.info/2010/07/20/contoh-basic-alat-mata-pada-klinik-mata.html
diakses pada 06 Juli 2014 pukul 12.15 WIB)
Kenny,
Tim. 2013. Short Sight- Myopia.
(online) (http://www.patient.co.uk/health/short-sight-myopia/
diakses pada 06 Juli 2014 pukul 13.00 WIB)
Saw,
Seang-Mei. 2002. Near-Work Activity,
Night-lights, and Myopia in the Singapore-China Study. Epidemiology and
Biostatistic. Jama Ophthamology. Vol 120, No. 5.