Waktu itu gue masih TK dan pastinya wajah gue masih imut-imutnya. Habis makan siang, gue bingung. Boring. Jadinya gue main ke rumah temen gue. Nama panggilan maennya itu Attem dan Lhettok. Di sana kami biasa nyiptain cerita-cerita aneh bin gak jelas hasil imajinasi anak-anak yang ajaib. Kayak ngebayangin cewek ternyebbelin di sekolah gak punya kuping gara-gara di gerogoti cacing, tetangga di tilang polisi karena lupa pake celana ataupun ibu jualan donat yang ternyata menyamar (sebenarnya dia bidadari yang sepatunya di curi tukang becak sebelah rumahnya). Meskipun ceritanya super aneh, yang penting kami ketawa puas; lepas.
Waktupun berjalan, sorepun tiba. Kami menuju
basecamp tercinta. Ya! Gang sempit sebelah rumah temen gue. Awalnya kami cuma
gambar orang dengan wajah ancur di tanah pake sebatang lidi. Lama-lama kami
membuat kue tanah liat yang di kasih hiasan bunga special buat segerombol semut
merah dekat batang kayu yang mulai rapuh. Tapi semua itu berakhir karena gue
baru aja kepikiran tentang ide SUPER LUAR BIASA yang mungkin bisa merubah
dunia!! Keluar negeri dengan MUDAH ! Caranya?
Dengan perlahan tapi meyakinkan gue bilang ke si Attem dan si Lhettok. Kalau kita mau keluar negeri kita cuma perlu menggali
tanah. Terus menembus bebatuan, menembus plastik sampah yang lama terpendam,
menembus bangkai-bangkai peninggalan zaman purba, melewati kerak bumi, mantel
bumi, inti bumi, teruuusss sampai kita menembus ke bagian bumi berikutnya. Tapi
gue juga ngingetin mereka kalau di dalam bumi nanti suhunya bakal panas. Jadi kami
harus siap-siap bawa es batu bias nanti suhu dalam buminya bisa menurun.
Untungnya mereka setuju-setuju aja. Dengan bermodal batu pipih kamipun menggali.
Menggali. Terus menggali. Masih menggali. Menggali. Menggali lagi. Menggali. Tanpa
henti. Hingga kami lelah. Namun kami tetap menggali.
Cahaya jingga keemasan mulai tampak. Maghrib
sudah sebentar lagi. Kamipun memutuskan untuk melanjutkan misi ini besok. Kami sudah
terlalu lelah dan butuh makan maupun istirahat. Kami meninggalkan lubang sedalam 30 cm hasil jerih payah itu
perlahan dengan rasa sedikit puas; bahwa sebentar lagi kami akan menyelesaikan
lubang itu dan pergi keluar negeri. Tunggu kami besok, lubang.
Keesokan harinya dengan penuh semangat gue jemput
si Attem dan Lhettok. Dengan optimis tinggi kami menuju ke tempat si lubang. Setiba
di sana hal buruk terjadi! Di luar perkiraan! Lubang yang kami buat dengan
susah payah kini menghilang! Pasti ada orang yang mencuri ide kami dan memindahkan
si lubang entah kemana untuk mereka gunakan sendiri. Tapi siapa? Belum lama
berfikir, si embok lewat di belakang kami sambil berkata “ Nduk kalau main
jangan lupa tanahnya di ratakan lagi. Tadi Alex ( ayam mbok yang masih balita- bayi
ayam lima butlan :D ) jatuh masuk ke dalam lubang. Untungnya dia gak
kenapa-kenapa. Tuh lubangnya sudah embok tutup. Sekarang semuanya aman”. Embok
senyum, terus pergi. Kami diem. Nunduk. Sedih. Mimpi besar kami telah tertutup
oleh sapu embok gara-gara si Alex yang nyemplung ke lubang kami tercinta. Kami tetep
diem. Masih diem. Sedih. Hingga akhirnya gue bilang, “ Siapa yang mau ikut gue beli jus apukat?”.
Dan mereka bilang “Gue!!!” dengan wajah nafsu banget habis denger kata apukat. Akhirnya kami
minum jus apukat bareng dan ngarang cerita geje lagi. Yang penting happy, bisa
ketawa puas, lepas. Masalah mimpi besar lubang menembus bumi? Entahlah. Kami sudah
lupa. :D
No comments:
Post a Comment