Thursday, January 10, 2013

Cara Bego ke Luar Negeri


Waktu itu gue masih TK dan pastinya wajah gue masih imut-imutnya. Habis makan siang, gue bingung. Boring. Jadinya gue main ke rumah temen gue. Nama panggilan maennya itu Attem dan Lhettok. Di sana kami biasa nyiptain cerita-cerita aneh bin gak jelas hasil imajinasi anak-anak yang ajaib. Kayak ngebayangin cewek ternyebbelin di sekolah gak punya kuping gara-gara di gerogoti cacing, tetangga di tilang polisi karena lupa pake celana ataupun ibu jualan donat yang ternyata menyamar (sebenarnya dia bidadari yang sepatunya di curi tukang becak sebelah rumahnya).  Meskipun ceritanya super aneh, yang penting kami ketawa puas; lepas.

Waktupun berjalan, sorepun tiba. Kami menuju basecamp tercinta. Ya! Gang sempit sebelah rumah temen gue. Awalnya kami cuma gambar orang dengan wajah ancur di tanah pake sebatang lidi. Lama-lama kami membuat kue tanah liat yang di kasih hiasan bunga special buat segerombol semut merah dekat batang kayu yang mulai rapuh. Tapi semua itu berakhir karena gue baru aja kepikiran tentang ide SUPER LUAR BIASA yang mungkin bisa merubah dunia!! Keluar negeri dengan MUDAH ! Caranya?

Dengan perlahan tapi meyakinkan gue bilang ke si Attem dan si Lhettok. Kalau kita mau keluar negeri kita cuma perlu menggali tanah. Terus menembus bebatuan, menembus plastik sampah yang lama terpendam, menembus bangkai-bangkai peninggalan zaman purba, melewati kerak bumi, mantel bumi, inti bumi, teruuusss sampai kita menembus ke bagian bumi berikutnya. Tapi gue juga ngingetin mereka kalau di dalam bumi nanti suhunya bakal panas. Jadi kami harus siap-siap bawa es batu bias nanti suhu dalam buminya bisa menurun. Untungnya mereka setuju-setuju aja. Dengan bermodal batu pipih kamipun menggali. Menggali. Terus menggali. Masih menggali. Menggali. Menggali lagi. Menggali. Tanpa henti. Hingga kami lelah. Namun kami tetap menggali.

Cahaya jingga keemasan mulai tampak. Maghrib sudah sebentar lagi. Kamipun memutuskan untuk melanjutkan misi ini besok. Kami sudah terlalu lelah dan butuh makan maupun istirahat. Kami meninggalkan lubang sedalam 30 cm hasil jerih payah itu perlahan dengan rasa sedikit puas; bahwa sebentar lagi kami akan menyelesaikan lubang itu dan pergi keluar negeri. Tunggu kami besok, lubang.

Keesokan harinya dengan penuh semangat gue jemput si Attem dan Lhettok. Dengan optimis tinggi kami menuju ke tempat si lubang. Setiba di sana hal buruk terjadi! Di luar perkiraan! Lubang yang kami buat dengan susah payah kini menghilang! Pasti ada orang yang mencuri ide kami dan memindahkan si lubang entah kemana untuk mereka gunakan sendiri. Tapi siapa? Belum lama berfikir, si embok lewat di belakang kami sambil berkata “ Nduk kalau main jangan lupa tanahnya di ratakan lagi. Tadi Alex ( ayam mbok yang masih balita- bayi ayam lima butlan :D ) jatuh masuk ke dalam lubang. Untungnya dia gak kenapa-kenapa. Tuh lubangnya sudah embok tutup. Sekarang semuanya aman”. Embok senyum, terus pergi. Kami diem. Nunduk. Sedih. Mimpi besar kami telah tertutup oleh sapu embok gara-gara si Alex yang nyemplung ke lubang kami tercinta. Kami tetep diem. Masih diem. Sedih. Hingga akhirnya gue bilang, “ Siapa yang mau ikut gue beli jus apukat?”. Dan mereka bilang “Gue!!!” dengan wajah nafsu banget habis denger kata apukat. Akhirnya kami minum jus apukat bareng dan ngarang cerita geje lagi. Yang penting happy, bisa ketawa puas, lepas. Masalah mimpi besar lubang menembus bumi? Entahlah. Kami sudah lupa. :D

No comments:

Post a Comment