Di ujung usiamu yang tak lagi muda
Kau tetap membuatku tertawa
Menyisipkan canda dalam duka
Membuatku lupa akan lara yang ada
Engkau tak segan berjuang untukku
Berkeringat tiap terik
Kedinginan tiap malam
Hanya untuk biaya
Agar aku tetap menghirup udara
Dalam kejamnya dunia
Ayah, aku juga manusia
Yang terkadang khilaf dalam kata
Selalu salah dalam bicara
Aku tahu
Lidahku pernah menyayat hatimu yang lembut, suci
Mengoyak perasaanmu
Hingga ku tak sadar kau meneteskan air mata
Diantara keringat-keringat dari keningmu
Maafkan aku, Ayah
Aku tahu kau Ayah yang kuat, Ayah yang hebat
Yang menyembunyikan tangis di balik senyummu
Hanya agar aku tak turut memikirkan beban yang kau tanggung
Tapi mata memang tak pernah bohong
Rasa tercambuk saat aku menatap matamu itu
Apa yang telah aku katakan?
Aku hanya menambah beban
Dari hari-harimu yang lama tenggelam
Terngiangku saat hamparan bintang menyelimuti bumi
Dingin malam menusuk tulang hati
Sunyi, sepi, gelap sekali
Kau menggelindingkan butir-butir tasbih
Bersama hati seputih salju
Di antara mega kegelapan yang membara
Kau duduk beralas tikar, penuh cahaya
Menadahkan tangan, berlutut dan berdoa
Ku lihat kau meneteskan rinai hujan di pipimu lagi
Pipi penuh guratan-guratan
Saksi hidupmu yang lama kau tempuh
Perjuanganmu menerjang kerasnya dunia
Kau lafadzkan ayat-ayat suci dengan lembut dan syahdu
Dan kau sebut namaku di antara senandungmu itu
Kau sebut namaku di sana!
Kau sebut namaku
Nama anakmu yang pernah melukaimu
Nama anakmu yang pernah menyakitimu
Nama anakmu yang tak berguna
Dan tak pernah membuatmu bahagia
Tapi kau masih sudi menyebut namaku ini
Kau sebut namaku di antara ayat-ayat suci
Yang kau baca dengan hati khusyuk
Penuh pengharapan
Dan kau masih meneteskan rinai hujan di pipimu itu
Pipi yang penuh guratan-guratan
Saksi hidupmu yang lama kau tempuh
Perjuanganmu dalam menerjang kerasnya dunia
Hanya untuk biaya
Agar aku bisa menghirup udara
Dalam kejamnya dunia
Violentaria Gita Salina
Terimakasih :)
ReplyDelete